Struktur

YAYASAN AS-SYIFA turatea 1

Perjalanan waktu ini memang sangat mengherankan, tapi lebih mengherankan lagi kelalaian manusia terhadap waktu...by Ali bin Abi Thalib Oleh Asdhar Amir - As-Syifaturatea.Blogspot.com + As-syifacomp.blogspot.com.

YAYASAN AS-SYIFA turatea 2

Ada banyak lubang ketergelinciran. Ada banyak jerat yang bisa menjatuhkan. Tapi begitu luas dan agung kasih sayangnya... by Asdhar Amir - As-Syifaturatea.Blogspot.com + As-syifacomp.blogspot.com.

YAYASAN AS-SYIFA turatea 3

Jiwa ini memiliki sifat yang tidak pernah puas,jika ia memperoleh sesuatu maka ia ingin sesuatu yang lebih baik lagi darinya. Namun Jiwa ii punya akhir... by Asdhar Amir - As-Syifaturatea.Blogspot.com + As-syifacomp.blogspot.com.

YAYASAN AS-SYIFA turatea 4

Jangan terlalu lama saat berada di polisi tidur karna selanjutnya kita akan menikmati perjalanan yang lebih rata. Ketika kita kecewa tidak memperoleh apa yang kita inginkan,terimalah, tersenyumlah dan bergembiralah..by Asdhar Amir - As-Syifaturatea.Blogspot.com + As-syifacomp.blogspot.com.

YAYASAN AS-SYIFA turatea 5

Jauhi nikmat yang sedikit bila akan berakibat pada rasa sakit yang panjang...by Asdhar Amir - As-Syifaturatea.Blogspot.com + As-syifacomp.blogspot.com.

Tampilkan postingan dengan label is. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label is. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Agustus 2011

ILMU YANG BERMANFAAT


-KH. Abdullah Gymnastiar-


Mahaagung Alloh Azza wa Jalla, yang dengan ilmu-Nya yang Mahaluas
telah membuat jagat raya beserta seluruh isinya tercipta. Betapa Dia
menciptakan segala yang dikehendaki-Nya itu cukup dengan berfirman,
"Kun Fayakuun !". Sungguh, tak akan pernah ada satu makhluk pun di
bumi ataupun di langit yang mampu menandingi-Nya karena laa haula
walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim.
Ah, manusia dan segenap makhluk lainnya, memang makhluk yang teramat
lemah, kecuali diberi kekuatan oleh Dzat yang Maha Perkasa !

Alloh berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena
dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi)
sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat (ilmu dan hikmah) Alloh. Sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana." [QS Lukman [31] : 27)

Jadi, kalaupun di dunia ini ada orang yang memiliki ilmu yang tinggi
karena Alloh telah mengaruniainya kecerdasan yang tinggi pula, demi
Alloh, tak lebih dari setetes air di samudera yang luas.
Mengapa seseorang mesti ujub, riya' dan takabur karena ilmu yang
cuma setetes? Padahal mestinya semakin tinggi ilmu seseorang itu
haruslah semakin membuatnya takut kepada Alloh. Seseorang menjadi
ujub, riya' dan takabur karena merasa ilmunya tinggi, apalagi bila
digunakan untuk membuat kerusakan dan kemudharatan di muka bumi,
tiada lain karena ilmu yang dimilikinya itu tidak mengandung hikmah
dan manfaat.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya,
"Allaahumma inni a'uudzubika min 'ilmin laa yanfa'u".
'Ya, Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.'

Sahabat, setiap manusia memiliki kesadaran akan keberadaannya di
dunia ini tentulah menginginkan untuk selalu menuntut dan menambah
ilmunya. Ilmu Alloh yang tersebar di jagat raya ini sungguh teramat
luas. Bahkan usia kita pun tak akan cukup untuk mempelajarinya.

Seseorang tentulah berharap dapat menggunakan sisa umur yang singkat
ini untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Karenanya, Rasulullah SAW
mengajarkan doa tersebut supaya kita terhindar dari memperoleh ilmu
yang tidak memberikan kemanfaatan bagi diri kita.

Seperti apakah ilmu yang bermanfaat itu ?
Beberapa riwayat berikut ini Insya Alloh dapat menjelaskannya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Alloh SWT memberi
wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, "Wahai, Dawud.
Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat."

"Ya, Rabbi, apakah ilmu yang bermanfaat itu ? " tanya Nabi Dawud.

"Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan,
kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.
Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku."

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i', Rasulullah
SAW bersabda, "Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah
pendekatan diri kepada Alloh Azza wa Jalla, sedangkan mengajarkannya
kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya
ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat."

Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita
semakin dapat mengenal Alloh. Seseorang menuntut ilmu apapun,
sekiranya ilmu yang dituntutnya itu dapat membuatnya semakin kagum
akan demonstrasi kebesaran Dzat Maha Pencipta, menjadikannya
semakin takut dan taat kepada-Nya, maka itu berarti ia telah
dikaruniai ilmu yang bermanfaat.

Ilmu yang bisa menjadi jalan taat kepada Alloh akan membuat seseorang
mampu bersikap tawadhu dan rendah hati di hadapan orang lain. Ibarat
padi yang semakin berisi semakin merunduk, maka semakin bertambah
ilmunya, semakin membuat hatinya bersih dari penyakit yang tercela.
Ia akan senantiasa berusaha memelihara diri dari sifat ujub, riya',
sum'ah (ingin populer), takabur, serta memandang remeh orang lain.

Bahkan dengan ilmunya pula ia akan menjadi jalan bagi sebesar-besar
kemaslahatan dan kemanfaatan bagi orang-orang dan lingkungan di
sekitarnya. Keberadaannya seperti cahaya lentera penerang dalam
kegelapan, menjadi penunjuk jalan bagi orang yang tersesat langkah.
Orang-orang di sekelilingnya akan merasa tenang dan tenteram atas
kehadirannya.

Oleh karena itu, tidak bisa tidak orang pun akan sangat menghargai
dan memuliakannya. Betapa tidak! Karena, Alloh sendiri telah ber-
janji melalui firman-Nya, " ....Alloh akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan, Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
[QS Al Mujaadilah [58] : 11)

Kemudian, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa resep menuntut
ilmu yang bisa mendatangkan kemanfaatan adalah niat yang ikhlas
semata-mata berharap keridhaan dari Alloh Azza wa Jalla.

Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai
berikut :

"Wahai, hamba Alloh yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut
ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Alloh semata-mata.
Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena
menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun
perempuan" [HR Ibnu Abdul barr]

Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk ber-
megah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalah-
kan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu.
Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan
harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak
agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.

Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. "Barangsiapa
menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Alloh,
tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk mendapatkan
harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya
surga pada hari kiamat. " [HR Abu Dawud]

Dalam Hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian
menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya.
Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan
atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu.
Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka...neraka."
[HR Tirmidzi & Ibnu Majah]

"Seorang 'alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Alloh,
maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermak-
sud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu."
demikian sabda Nabi SAW dalam riwayat lain. [HR. Ad Dailami]

Nah, Sahabat, kita memang harus menggunakan waktu yang sangat
singkat di dunia ini untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi
agama maupun bagi kemaslahatan diri dan sesama. Ilmu yang bermanfaat
adalah ilmu yang bisa menambah ketakwaan dan ma'rifat kepada Alloh.
Ilmu yang bisa menambah kemampuan kita untuk melihat cacat dan cela
diri sendiri. Ilmu yang dapat mengurangi kegilaan kita kepada materi
keduniaan, tetapi sebaliknya dapat menambah cinta kita kepada
kampung akhirat. Juga, ilmu yang dapat membuka mata terhadap
hal-hal yang merusak amal-amal kita.

Hendaknya kita takut terhadap ilmu yang tidak bermanfaat karena
tidak hanya akan membawa kemudharatan di dunia, tetapi juga di
akhirat kelak.

ILMU YANG BERMANFAAT


-KH. Abdullah Gymnastiar-


Mahaagung Alloh Azza wa Jalla, yang dengan ilmu-Nya yang Mahaluas
telah membuat jagat raya beserta seluruh isinya tercipta. Betapa Dia
menciptakan segala yang dikehendaki-Nya itu cukup dengan berfirman,
"Kun Fayakuun !". Sungguh, tak akan pernah ada satu makhluk pun di
bumi ataupun di langit yang mampu menandingi-Nya karena laa haula
walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim.
Ah, manusia dan segenap makhluk lainnya, memang makhluk yang teramat
lemah, kecuali diberi kekuatan oleh Dzat yang Maha Perkasa !

Alloh berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena
dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi)
sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat (ilmu dan hikmah) Alloh. Sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana." [QS Lukman [31] : 27)

Jadi, kalaupun di dunia ini ada orang yang memiliki ilmu yang tinggi
karena Alloh telah mengaruniainya kecerdasan yang tinggi pula, demi
Alloh, tak lebih dari setetes air di samudera yang luas.
Mengapa seseorang mesti ujub, riya' dan takabur karena ilmu yang
cuma setetes? Padahal mestinya semakin tinggi ilmu seseorang itu
haruslah semakin membuatnya takut kepada Alloh. Seseorang menjadi
ujub, riya' dan takabur karena merasa ilmunya tinggi, apalagi bila
digunakan untuk membuat kerusakan dan kemudharatan di muka bumi,
tiada lain karena ilmu yang dimilikinya itu tidak mengandung hikmah
dan manfaat.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya,
"Allaahumma inni a'uudzubika min 'ilmin laa yanfa'u".
'Ya, Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.'

Sahabat, setiap manusia memiliki kesadaran akan keberadaannya di
dunia ini tentulah menginginkan untuk selalu menuntut dan menambah
ilmunya. Ilmu Alloh yang tersebar di jagat raya ini sungguh teramat
luas. Bahkan usia kita pun tak akan cukup untuk mempelajarinya.

Seseorang tentulah berharap dapat menggunakan sisa umur yang singkat
ini untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Karenanya, Rasulullah SAW
mengajarkan doa tersebut supaya kita terhindar dari memperoleh ilmu
yang tidak memberikan kemanfaatan bagi diri kita.

Seperti apakah ilmu yang bermanfaat itu ?
Beberapa riwayat berikut ini Insya Alloh dapat menjelaskannya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Alloh SWT memberi
wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, "Wahai, Dawud.
Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat."

"Ya, Rabbi, apakah ilmu yang bermanfaat itu ? " tanya Nabi Dawud.

"Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan,
kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.
Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku."

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i', Rasulullah
SAW bersabda, "Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah
pendekatan diri kepada Alloh Azza wa Jalla, sedangkan mengajarkannya
kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya
ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat."

Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita
semakin dapat mengenal Alloh. Seseorang menuntut ilmu apapun,
sekiranya ilmu yang dituntutnya itu dapat membuatnya semakin kagum
akan demonstrasi kebesaran Dzat Maha Pencipta, menjadikannya
semakin takut dan taat kepada-Nya, maka itu berarti ia telah
dikaruniai ilmu yang bermanfaat.

Ilmu yang bisa menjadi jalan taat kepada Alloh akan membuat seseorang
mampu bersikap tawadhu dan rendah hati di hadapan orang lain. Ibarat
padi yang semakin berisi semakin merunduk, maka semakin bertambah
ilmunya, semakin membuat hatinya bersih dari penyakit yang tercela.
Ia akan senantiasa berusaha memelihara diri dari sifat ujub, riya',
sum'ah (ingin populer), takabur, serta memandang remeh orang lain.

Bahkan dengan ilmunya pula ia akan menjadi jalan bagi sebesar-besar
kemaslahatan dan kemanfaatan bagi orang-orang dan lingkungan di
sekitarnya. Keberadaannya seperti cahaya lentera penerang dalam
kegelapan, menjadi penunjuk jalan bagi orang yang tersesat langkah.
Orang-orang di sekelilingnya akan merasa tenang dan tenteram atas
kehadirannya.

Oleh karena itu, tidak bisa tidak orang pun akan sangat menghargai
dan memuliakannya. Betapa tidak! Karena, Alloh sendiri telah ber-
janji melalui firman-Nya, " ....Alloh akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan, Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
[QS Al Mujaadilah [58] : 11)

Kemudian, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa resep menuntut
ilmu yang bisa mendatangkan kemanfaatan adalah niat yang ikhlas
semata-mata berharap keridhaan dari Alloh Azza wa Jalla.

Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai
berikut :

"Wahai, hamba Alloh yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut
ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Alloh semata-mata.
Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena
menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun
perempuan" [HR Ibnu Abdul barr]

Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk ber-
megah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalah-
kan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu.
Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan
harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak
agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.

Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. "Barangsiapa
menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Alloh,
tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk mendapatkan
harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya
surga pada hari kiamat. " [HR Abu Dawud]

Dalam Hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian
menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya.
Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan
atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu.
Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka...neraka."
[HR Tirmidzi & Ibnu Majah]

"Seorang 'alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Alloh,
maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermak-
sud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu."
demikian sabda Nabi SAW dalam riwayat lain. [HR. Ad Dailami]

Nah, Sahabat, kita memang harus menggunakan waktu yang sangat
singkat di dunia ini untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi
agama maupun bagi kemaslahatan diri dan sesama. Ilmu yang bermanfaat
adalah ilmu yang bisa menambah ketakwaan dan ma'rifat kepada Alloh.
Ilmu yang bisa menambah kemampuan kita untuk melihat cacat dan cela
diri sendiri. Ilmu yang dapat mengurangi kegilaan kita kepada materi
keduniaan, tetapi sebaliknya dapat menambah cinta kita kepada
kampung akhirat. Juga, ilmu yang dapat membuka mata terhadap
hal-hal yang merusak amal-amal kita.

Hendaknya kita takut terhadap ilmu yang tidak bermanfaat karena
tidak hanya akan membawa kemudharatan di dunia, tetapi juga di
akhirat kelak.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More