Yang dimaksud dengan hakekat, adalah hakeat agama. Yaitu, agama Tuhan sekalian alam. Dia adalah ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul, walaupun masing-masing membawa peraturan hidup (syariat) dan metode kehidupan (minhaj) tersendiri.
Peraturan kehidupan tersebut adalah syariat, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT ,” Untuk setiap umat diantara kalian, Kami telah menjadikan peraturan dan metode kehidupan masing-masing.” (QS.Al-Ma’idah:48). “ Kemudian Kami menjadikan kamu berada diatas sebuah syari’at agama. Maka, ikutilah syari’at itu, dan jangan engkau mengikuti hawa nafsu orang-orang yang bodoh. Sebab, sesungguhnya orang-orang zalim itu, sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Sementara Allah adalah wali bagi oeang-orang yang bertakwa.”(QS.Al-Jaatsiyah:18-19).
Sedangkan Minhaj atau metode kehidupan adalah jalan kehidupan. Kalaulah kita salah dalam mengikuti suatu minhaj maka kita akan tejerumus kedalam kesesatan, sedangkan kesesatan itu tempatnya adalah neraka, begitulah pentingnya mengikuti suatu minhaj. Minhaj yang benar disebutkan dalam sabda Rasulullah saw hanya ada satu,” Rasulullah membuat satu garis kemudian beliau bersabda,’ ini adalah jalan Allah.’ Kemudian beliau menggaris beberapa garis kekanan dan kekiri kemudian bersabda,’ ini adalah jalan-jalan dan diatas setiap jalan-jalan itu ada setan yang menyeru kepadanya.’ Kemudian beliau membaca ayat,” Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan jangan kalian ikuti jalan-jalan lain, niscaya ia akan memisahkan kalian dari jalan Allah .”
Kedudukan syariat dalam Agama Islam, laksana jembatan penyeberangan diatas sungai. Adapun minhaj, adalah jalan yang harus dilalui bagi orang yang hendak menyeberang. Sedangkan tujuan yang dimaksud, itulah yang disebut sebagai hakekat agama, yakni ibadah kepada Allah yang Esa tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun , dan itu adalah esensi dari agama Islam.
Adapun orang yang tidak mau tunduk kepada Allah, dan bersikap takabur tidak mau menyembah-Nya, maka dia termasuk orang yang disebutkan dalam firman Allah,” Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada_ku, mereka pasti akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS.Ghafir:60).
Agama Islam adalah agama para nabi dan rasul terdahulu dan kemudian. Allah SWT berfirman,” Barangsiapa yang memeluk agama selain Islam, maka tidak akan diterima semua amalnya.”(QS:Ali-Imran:85).
Ini berlaku untuk umum, pada setiap zaman dan waktu. Nabi Nuh, Ya’qub, dan anak cucu mereka, Musa, Isa, dan para pengikut mereka, semuanya beragama Islam. Yaitu agama yang hanya menyembah Allah SWT semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. “ Nuh berkata, ‘ Wahai kaumku, jika tinggal bersamaku dan peringatanku berupa ayat-ayat Allah terasa berat bagi kalian, maka kepada Allah lah Aku bertawakkal. Oleh karena itu, bulatkanlah keputusan kalian dan kumpulkanlah sekutu-sekutu kalian. Janganlah keputusan kalian itu dirahasiakan, lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Jika kalian berpaling dari peringatanku, Aku tidak akan meminta upah sedikit pun dari kalian. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah semata. Dan aku diperintahkan agar menjadi bagian kaum Muslimin.”(QS.Yunus:71-72). Mengenai Musa, Allah SWT berfirman,” Musa berkata kepada kaumnya,’ Wahai kaumku, apabila kalian beriman kepada Allah, maka kalian wajib bertawakal kepada-Nya, jika kalian benar-benar termasuk golongan orang yang berserah diri.”(QS.Yunus:84). Sementara tentang Yusuf, Allah SWT berfirman,” Yusuf AS berkata,’ Wafatkanlah akudalam keadaan berserah diri(Islam) dan turut sertakanlah Aku dalam golongan orang-rang yang saleh’.”(QS.Al-A’raaf:126).
Ratu Balqis berkata,” Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam.”(QS.An-Naml:44). “ Dengan kitab itulah, para pendeta dan para rahib, memutuskan perkara orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS.Al-Maaidah:44). Para pengikut nabi Isa berkata,” Kami beriman kepada Allah dan Kami bersaksi bahwa Kami termasuk orang-orang yang berserah diri.”(QS Ali-Imraan:52).
Ayat-ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa agama para nabi itu monolitik, meskipun syariat mereka plural. Hal ini sebagaimana ditegaskan didalam hadist nabi,” Sesungguhnya kami para nabi mempunyai satu agama yang sama.”(HR>Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Berkaitan dengan hal tersebut Alah SWT berfirman,” Telah disyariatkan bagi kalian perintah agama ini, sebagaimana yan gtelah diwasiatkan kepada Nuh, yang telah kami wahyukan kepadamu (Muhammad), serta yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. Yaitu, hendaklah kalian menegakkan agama Islam, dan janganlah kalian berpecah belah. Amatberat bagi orang-orang musyrik, agama kalian serukan kepada mereka.”(QS.As-Syu’raa:13).
“ Wahai para rasul, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah oleh kalian amal saleh. Sesungguhnya Aku Mahatahu atas apa yang kalian kerjakan. Sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu. Aku adalah Tuhan kalian semua. Oleh karena itu, hendaklah kalian bertakwa (kepada-Ku). Namun kemudian, para pengikut rasul-rasul itu menjadikan agama-agama mereka terpecah belah. Setiap golongan merasa bangga dengan apa-apa yang ada pada mereka.”(QS.Al-Mukminun:52-53). “ Oleh sebab itu, hadapkanlah wajah kalian untuk agama yang lurus ini. Tetaplah diatas fitrah Alah yang telah menciptakan manusia ssesuai fitrahnya. Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, namun mayoritas manusia tidak mengetahui. Dengan kembali kepada-Nya, bertakwalah kalian dan tegakkanlah sholat, dan jangan kalian menjadi orang musyrik. Mereka adalah orang-orang yang memecah mecah agama mereka sehingga menjadi beberapa golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”(QS.Ar-Ruum:30-32).
Al-Qur’anul Karim
Pandangan pemateri bahwa Al-Qur’an diterima nabi Muhammad saw melalui hakekat dan kemudian diterjemahkan oleh nabi dalam bahasa arab adalah pandangan yang sesat, karena Al-Qur’an merupakan kalamullah, kalau dikatakan Al-Qur’an kemudian diterjemahkan nabi dalam bahasa arab itu menandakan bahwa Al-Qur’an itu merupakan hasil karya nabi Muhammad, bukankah Allah sendiri yang akan menjaga keutuhan dan kemurnian dari isi Al-Qur’an hingga hari kiamat. Allah SWT berfirman, bahwa nabi Muhammad saw adalah seorang yang ummi, yaitu tidak mempunyai kemampuan dalam membaca dan menulis, adalah hal yang sangat mustahil bila dikatakan Al-Qur’an itu ditulis nabi ataupun diterjemahkan nabi dalam bahasa arab, Allah sendiri yang menjadi pemelihara dan menjaganya kemurnian isi Al-Qur’an. Sebagai kalamullah Al-Qur’an merupakan kitab yang suci yang mampu menjadi pegangan yang kokoh bagi umat manusia agar terhindar dari kesesatan, firman Allah SWT bahwasannya Al-Qur’an dan Hadist merupakan pedoman manusia dalam menjalani kehidupan ini, tidak akan tergelincir kedalam kesesatan dan dosa selama kita menggigit erat dan menggenggam keduanya kuat-kuat sebagai pedoman hidup. Al-Qur’an juga merupakan satu-satunya pedoman bagi manusia sehingga tidak ada kitab-kitab yang lainnya menjadi pegangan, adalah salah bila isi Al-Qur’an dipersamakan dengan kitab-kitab buatan manusia, menyamakan kebenaran-kebenaran yang ada pada keduanya. Hal-hal mengenai kehidupan lalu, sekarang dan hari kemudian telah terangkum jelas dalam pedoman hidup utama manusia yaitu Al-Qur’an Al-Karim, Allah SWT berfirman sesungguhnya Allah telah mencukupkan segalanya atas agama Islam dan Allah hanya meridhai agama Islam.
Kesimpulan:
1. Kewajiban atas manusia mati dalam keadaan beriman dan bertakwa kepada Allah.
2. Perlunya mengambil minhaj yang benar dan meninggalkan minhaj yang tidak sesuai dengan minhajnya sahabat nabi
3. Al-Qur’an merupakan kitab yang mulia sehingga tidak boleh dipersamakan dengan kitab-kitab lainnya
4. Allah SWT telah menyempurnakan agama ini dan meridhai jalan Islam





0 komentar:
Posting Komentar